Ada yang Salah Dalam Bacaan Quran-ku
Dijaman super modern kini, yang masyarakatnya pada mulai kritik, sudah nggak asing kalau peran Al-Qur’an tergantikan oleh gadget, mushala bukan lagi tempat tujuan utama, dan ceramah-ceramah pun mulai pudar tuk didengarkan.
*****
Disuatu pagi yang hampir mendekati shubuh, diwaktu ketika para kaum muslimin mulai menyudahi sahur, aku mulai bergegas mengambil wudhu.
Adzan belum berkumandang, namun entahlah apa yang membuat aku terlalu bersemangat, langkahku pun ringan tuk dibawa. Mungkin karna udara sejuk bulan ramadhan, batinku berbisik.
Adzan berkumandang, sedang aku telah sampai dimasjid. Setelah selesai 2 rakaat sunnah sebelum shubuh, aku berdzikir kecil sambil manahan kantukku.
“Allahu akbar…”
Suara imam dihari itu berbeda, bukan muadzin sekaligus imam dihari biasa. Shalat shubuh hanya 2 rakaat, tapi bacaan yang ia baca pada rakaat pertama dan kedua membuat aku tertegun malu.
Rupanya, aku telah lama tak mendengar dan membaca surah itu. Surah yang menjelaskan arti shaum. Shaum? Puasa? Iya, ini bulan ramadhan, aku pun ikut berpuasa.
Tapi, kenapa aku terenyuh ketika mendengar bacaan itu?
Seusai shalat, aku masih disibukkan oleh potongan surah al-baqarah ayat 183 itu. Kultum shubuh yang harusnya hanya berisi 7 menit, namun hari itu baru selesai ketika waktu dhuha. Kantukku yang sempat membungkah, kembali tenggelam dibawa semangat ceramah sang ustad (yang sekaligus imam shalat).
“Bapak-bapak, ibu-ibu, saya mau nanya dulu nih, ini kan udah mau selesai ramadhan-nya ya, udah pada berapa kali khatam?” tanya Pak ustad memulai ceramah paginya, dan aku hanya bisa terdiam.
“Sadar tidak bapak-bapak, ibu-ibu, kalau makin kesini, seharusnya ada yang harus kita perbaiki bersama. Mengenai Al-Quran, kitab suci kita semua. Sekarang udah berjamur dengan ‘bangga-bangga’ an siapa yang paling banyak khatam. Percuma Pak, Bu, kalau udah 3 kali khatam, tapi bacaan masih salah. Malu Pak, Bu, sama malaikat yang selalu dengerin bacaan kita.
Sekarang banyak masjid-masjid yang ngadain tilawah sehabis taraweh, semua boleh baca, asal bisa baca Quran. Pedahal yang seharusnya yang baca itu Qori’, yang tau bacaan tajwidnya, tanda berhentinya, dengungannya, pantulannya, dan semua tentang adab dan tata cara membaca Al-Quran.” Suaranya yang mantap membuat aku semakin tertegun dan malu.
Aku tau maksud ustad itu. Bukan berarti Al-Quran tidak boleh dibaca oleh orang yang belum tau hukum baca Quran. Bahkan dalam suatu hadis mengatakan bahwa orang yang terbata-bata membaca Quran, pahalanya 2 kali lipat.
Tapi bukankah lebih bagus kalau bacaan kita benar, lancar, dan enak didengar? Bukan hanya bangga karena sudah berapa kali khatam. Khatam yang sesungguhnya pun bukan berarti hanya membaca, tapi juga mengamalkannya.
Mungkin, sampai umur kita selesai, kita masih belum bisa mengamalkan semua isi ayat Al-Quran. Tudingku menasehati diriku sendiri sebelum aku kembali hanyut dalam siraman ustad dipagi itu.
“Para jamaah rahimakumullah, sebelum kita membaca Al-Quran, apa yang sebaiknya kita lakukan? Ada tidak disini yang hanya baca basmallah trus baca Quran? Itu rugiiiii! Tau kenapa rugi? Wong nggak pake niat. Semua pekerjaan bukankah tergantung dengan niat? Trus kalau baca Quran nggak ada niat apa-apa, trus buat apa baca Quran?
Fungsi baca Quran untuk menenangkan hati
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Al-Quran bukan untuk sekedar dibaca dan didengarkan. Tapi juga untuk diamalkan. Kebanyakan dari kita, Al-Qur’an hanya sekedar didengar oleh telinga, padahal yang sebenarnya harus terdengar sampai hati. Karena fungsi baca Quran itu ada 2, kalau tidak untuk menenangkan hati, ya untuk mengobati.”
Nyeeeseeeeeeek! Malu dengan apa yang harus aku pertanggung jawabkan diakhirat kelak? Jadi selama ini, aku baca Quran untuk siapa? Hanyakah untuk sekedar riya? Ya Allah, apakah aku termasuk dalam golongan orang yang merugi? Naudzubillahimindzalik.
“Ya Rabbim, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Malik, Engkau yang Maha Mendengar, Melihat, Mengetahui segala sesuatunya. Terimakasih ya Allah atas nikmat yang tiada henti Kau berikan pada hamba dan keluarga. Maafkan hamba ya Allah, yang tak pernah berterimakasih pada Engkau dan masih belum menuruti perintah Engkau. Ya Rabbim, jika pintu taubat masih tersisa untuk hamba, izinkan hamba menjadi seorang yang Kau beri taubat dan Ridha Mu ya Allah. Jaga hati hamba selalu untuk Mu ya Rabbim, masukkan hamba bersama keluarga kedalam surga Mu, aamiin.” Selipan do’aku membuat air mata tak tertahankan dihari itu. Hatiku pilu atas noda yang selalu tertumpuk.
Sekian tulisan ini dapat saya tuliskan, semoga bermanfaat bagi yang membaca. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur aamiin. Buat Pak ustad, terimakasih atas siraman hati yang membuat saya terenyuh.
*****
Artikel ini adalah kiriman istimewa daripada sahabat kita dari Balik Papan, Indonesia, ke inbox kami, Nurul Zahra Qasmira (Blog). Semoga memberi manfaat kepada semua pembaca blog Aku Islam. InsyaaAllah
Tinggalkan Komen Anda..
??????️?️?
thanks gan sudah berbagi informasinya….
Kebanyakan kita baca khatam versi Arabnya saja, terjemahnya lewat, entah makna ayat-ayatnya apa tidak tahu :D
Bacalah terjemahan Quran. Kan senang :-)
Memang terkadang seseorang itu hanya giat membaca Al-Qur’an di waktu-waktu tertentu. padahal Al Qur’an adalah kitab petunjuka dari Allah yang harus selalu di amalakan. mudah-mudahan kita menjadi pribadi yang selalu istiqomah dalam membaca dan mengamalkan anjuran-anjuran dari Allah SWT.
http://yayasankmc.blogspot.com/
Betul sekali kebanyakan dari kita membaca AL Quran hanya sekdar untuk menjalankan perintah agama tanpa tahu makna atau manfaat yang sesungguhnya.